Unsurkebaharuan menjadi sangat penting dan harus ada untuk memberikan karya seni rupa modern yang mengutamakan aspek kreativitas dalam berkarya sehingga tercipta suatu karya yang baru. Sehingga seni rupa modern bersifat lebih individualis. Contoh seni rupa modern berupa lukisan, grafis, patung dan kriya. Seni Rupa Kontemporer, adalah karya PengertianSeni Rupa, Unsur, Macam & Fungsi|Secara Umum, Pengertian Seni Rupaadalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan rabaan. Seni rupa juga diartikan sebagai hasil ciptaan kualitas, hasil, ekspresi, atau alam keindahan atau segala hal yang melebihi keasliannya serta klasifikasi MenurutCorbett dalam George Campbell pula, retorik bermaksud seni atau kemahiran memanfaatkan sesuatu wacana (Teori Balaghah Melayu, 2010:3). Tambah beliau kepercayaan dan keyakinan khalayak terhadap seseorang retor dipengaruhi oleh keupayaan retor merangsang minda khalayak dari segi pemahaman, imaginasi, kehendak dan perasaan mereka. Definisidan Konsep LUKISAN Perkataan lukisan dalam bahasa Inggeris ialah 'Drawing' yang asalnya dari dua bahasa iaitu German dan Latin. Perkataan 'to draw' adalah dari perkataan 'Old English' iaitu 'dragan' yang bermaksud 'to drag' dan aktiviti yang berhubung dan tubuh badan. Beberapa buku menyatakan lukisan adalah aktiviti melukis yang menggunakan bahan kering atau basah Vay Tiền Trįŗ£ Góp 24 ThĆ”ng. ini diharapkan Anda dapat 1. memahami pengertian seni dan keindahan 2. memahami makna seni dan estetika 3. memahami perkembangan estetika di Barat dan Timur 4. menguraikan karya seni rupa berdasarkan teori estetika Kata-kata kunci Seni, keindahan, estetika, simpati, empati, teori subjektif dan objektif, perkembangan seni, klasik, ekspresi, mimesis, distansi psikis, teori kreativitas Untuk memahami pendidikan seni rupa, terlebih dahulu Anda diharapkan dapat mempelajari secara mendalam seputar kajian seni, dalam kaitannya dengan berbagai hubungan dan masalah filosofis maupun ilmiah. Hal ini dimaksudkan agar pemahaman terhadap pendidikan seni rupa dilandasi oleh kajian seni rupa secara menyeluruh. Lingkup kajian seni rupa ini meliputi pemahaman terhadap seni, keindahan, estetika, dan perkembangannya. Oleh Muhmmad hasim 1211031251 Komang pasek mahardika 1211031232 I Gede Ari Murti 1211031226 Kelas/Semester G/V JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA SINGARAJA 2018 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1 Tujuan 2 Manfaat 2 BAB II PEMBAHASAN Manfaat Belajar Seni Rupa Bagi Anak Usia SD 3 Karakteristik Seni Rupa Anak 5 Periodesasi Gambar Anak 9 BAB III PENUTUP Kesimpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR Puji syukur kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan Beliulah, kami dapat menyelusiakan penyusunan makalah yang berjudul ā€œkarakteristik seni rupa anak dan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SDā€ ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun material dalam bentuk bimbingan dan masukan, terkait materi pembahasan dalam makalah ini. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya kekurangan dan kelemahaan yang dimiliki, sehingga makalah yang disusun sudah tentu perlu disempurnakan lagi. Oleh karena itu, untuk penyempurnaan makalah ini dan penyusunan makalah selanjutnya, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diperlukan. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini barmanfaat bagi para pembaca, utamanya mahasiswa sebagai calon guru dan guru-guru yang sudah bertugas disekolah-sekolah sehingga dapat mengembangkan proses pembelajaran yang efektif. Singaraja, April 2018 Penulis BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai penggunaan media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern untuk mengeksploitasi sifatsifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya. Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan ekspresi dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi. Pembelajaran Seni Rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD, karakteristik seni rupa anak, periodisasi gambar anak. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD ? 2. Bagaimana karakteristik seni rupa anak ? 3. Bagaimana periodisasi gambar anak ? Tujuan Penulisan Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu 1. Menjelaskan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD. 2. Menjelaskan karakteristik seni rupa anak. 3. Menjelaskan periodisasi gambar anak. Manfaat Penulisan Adapaun mamfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut 1. Bagi Mahasiswa Bagi mahasiswa sebagai calon guru, diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai karakteristik seni rupa anak dan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD. Yang nantinya dapat disalurkan kembali kepada siswa. 2. Bagi Masyarakat Semoga makalah ini dapat memperluas pengetahuan masyarakat sehubungan karakteristik seni rupa anak dan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD. 3. Bagi Penulis Melalui makalah ini, penulis dapat menyalurkan dan menuangkan hasil belajarnya. BAB II PEMBAHASAN MODUL 10 APRESIASI SENI RUPA ANAK Manfaat Belajar Seni Rupa Bagi Anak Usia SD Secara garis besar manfaat belajar seni rupa bagi anak sebagai berikut 1. Seni rupa sebagai bahasa visual Proses komunikasi yang terjadi ketika anak menggambar sebenarnya adalah komunikasi intrapersonal dimana semua kejadian ingin disatukan dalam gambar anak. Komunikasi ini sebagai bahasa rupa visual, dimana angan dan pkiran diungkapkan lewat bentuk-bentuk. Dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan bahwa prilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian, tiada hari tanpa gambar atau seni. Berseni merupakan kebutuhan anak dalam Mengutarakan pendapat, Berkhayal-berimajinasi, Bermain, Belajar, Memahami bentuk yang ada disekitar anak, Merasakan Kegembiraan, Kesedihan, dan Rasa Keagamaan. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menanggapi lingkungan. Berarti pelajaran seni adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat segabai habasa visual. 2. Seni rupa membantu pertumbuhan mental Sebagaimana contoh di atas seni rupa sebagai bahasa visual merupakan perkembangan simbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan melalui karya seni rupanya. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada dasarnya perkembangan emosi anak usia dini ditandai oleh perkembangan keseniannya. Dari hasil karya seni seorang anak kita mampu melihat pertumbuhan mentalnya secara abstrak. Sekitar usia 7 sd 8 tahun antara kelas 1 dan 2 merupakan usia perkembangan penalaran anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya, terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan, anak bertipe perasaan emosional, ditunjukkan dalam gambar berupa blok-blok warna yang kuat, dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain. Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi oleh faktor lingkungan teori behavioral seperti teman-teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun orang tua saja, melainkan juga berasal dari faktor instink sebagai internal faktor teori psikoanalisis. Biasanya, kedua faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya fisik, intelektual, emosional, dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang mempengaruhi belajar dan motivasi belajar. Psikoanalisis sendiri menyatakan bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik. Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi perkembangan mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa. Psikologi humanistik sendiri merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap kebutuhan internal individu, dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang di inginkan Maslow, dalam Eggen & Kauchak, 1997. Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat dikategorikan sebagai perkembangan mental. Proses ini bisa dianalisa, bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena skema dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar. Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut mengembangkan ke dalam bentuk tugas sehari-hari yang rutin. Dengan demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi. 3. Seni rupa membantu dibidang yang lain Kemampuan anak dalam mengaktualisasikan apa yang dilihat menjadi sebuah karya seni, akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak pada bidang yang lain. Dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa lingusitik bahasa, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan pendapat. Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan agar berjalan beriringan. Kemampuan seni rupa yang dimiliki seorang anak akan membantu melatih bidang-bidang yang lain, sebagai contoh. Anak yang mampu mengatualisasikan karya seninya dengan baik, sudah tentu akan mampu mengungkapkan perasaaannya berupa linguistik bahasa yang baik. Dari karya seni rupa yang dihasilkan secara tidak langsung juga akan melatih kemampuan matematika anak agar dapat menghasilkan karya yang baik. Karakteristik Seni Rupa Anak 1. Istilah Menggambar dan Melukis Pengertian menggambar atau melukis tidaklah memiliki arti yang sama. Melukis ialah kegiatan menggambar dengan lebih mengutamakan pengungkapan kesan batin dari pribadi seorang pelukis dengan daya kreasinya sendiri atau tidak memiliki media yang sudah ada. Seorang pelukis dalam berkarya seni lukis tidak hanya meniru kepada karya yang sudah ada atau jadi atau obyek yang sudah ada, tetapi muncul spontan dari gagasan dan coretannya sendiri. Ide atau gagasan tersebut telah diungkapkan melalui media kertas atau kanvas. Melukis bisa dilakukan oleh siapa saja, yang mempunyai bakat sejak dini sampai pelukis atau seniman ulung sekalipun dan di dalam melukis seniman biasanya diwarnai oleh karakter masing-atau ciri khas masing seniman. Dengan demikian setiap seniman mempunyai ciri watak kepribadian dalam pengungkapan idenya secara kreatif. Menggambar ialah sederhana yang bisa meniru suatu benda di dalam bentuk dua dimensi tanpa banyak melibatkan emosi atau ekspresi dari penciptanya secara berlebihan. Dengan kata lain pengungkapan ekspresi pencipta yang dibatasi. Sebuah gambar yang lebih mengutamakan tema, cerita, atau gagasan penciptanya, sedangkan di dalam melukis pembuat bisa mengekspresikan obyek lukis sesuai daya kreatifnya. Praktek melukis tidak sulit, karena di dalam melukis yang paling penting terdapat pada keberanian dan kemauan di dalam mencoretkan atau memulaskan garis dengan memakai berbagai media yang telah ada, media yang dipakai dalam melukis antaranya sebagai berikut pena, pensil, kuas, pastel, tinta, krayon, cat minyak, cat air, cat poster dan lain sebagainya. Sedangkan dalam bidang menggambar yang dipakai bisa berupa kertas, kanvas atau yang lain. 2. Tema Karya Seni Rupa Anak Istilah tema berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema merupakan Inti atau ide dasar sebuah cerita. Tema merupakan ide pokok atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Menurut Keraf, tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat karangan atau pun karya sastranya. Secara garis besar tema seni rupa dapat dibedakan menjadi enam jenis yaitu a. Manusia dan dirinya sendiri Dirinya sendiri dapat dijadikan objek perwujudan ungkapan cita rasa keindahan. Contoh Pelukis Ekspresionis nusantara Affandi menjadikan dirinya sebagai objek lukisan dengan judul ā€œPotret Diriā€. b. Hubungan manusia dengan manusia lain. Manusia dalam mengekspresikan cita rasa keindahan orang-orang sekitar sebagai objek lukisan. Misal Istrinya, anak, orang tua, saudara. c. Hubungan manusia dengan alam sekitarnya Alam yang ada disekitar kita dapat juga dijadikan objek karya seni rupa d. Hubungan Manusia dengan Kegiatannya Manusia dalam kehidupan sehari - hari selalu melakukan aktifitas atau kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya e. Manusia dengan alam benda Alam benda yang dijadikan obyek karya seni rupa bermacam-macam, seperti bentuk silindris, kubistis, atau bentuk bebas. f. Manusia dengan alam khayal Dialam pikiran manusia sering muncul gagasan-gagasan, imajinasi atau khayalan. Bahkan khayalan yang ada dalam benak kita sering muncul dalam mimpi. Untuk mewujudkan khayalan itu manusia mengekspresikan melalui karya seni rupa. Sehingga sering kita melihat karya seni rupa yang menampilkan alam yang tidak kita jumpai. 3. Ciri Umum Lukisan Anak terdiri dari a. Gaya wiracerita heroisme Yaitu lukisan yang menggambarkan cerita kepahlawanan, kepatriotan. Pada kesempatan ini anaka akan mengungkapkan jiwa patriot misalnya penokohan seseorang yang ditandai dengan tema perkelahiaan. b. Gaya dekoratif Yaitu lukisan yang ditandai dengan munculnya bentuk-bentuk konturistik berupa garis dan jka warna yang dipilih berupa blok warna dengan sedikit nuansa teknik menguraikan warna. c. Gaya komik Gaya komik adalah ilustrasi gambar yang bersambung dari satu panel ke panel berikutnya. Dengan kata lain ilustrasi yang penuh gambar. d. Gaya potret Gaya potret adalah ciri lukisan yang menggambarkan wajah seseorang, baik tokoh idola maupun tokoh yang sering bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Gaya potret mengangkat objek dalam posisi bentuk wajah ¾ badan, kepala saja, dan utuh seluruh tubuh. 4. Komposisi karya seni rupa anak a. Posisi tumpang tindih Gambar Tumpang Tindih antara satu objek dengan objek-objek yang lainnya. Ada objek berada didepan yang menghalangi keberadaan objek-objek yang berada dibelakangnya atau sebaliknya. Pada tahap ini anak mulai ada pemahaman terhadap adanya unsur ruang dalam gambar. b. Bertumpu pada garis dasar Unsur visual garis adalah dasar dari semua gambar. Ini adalah yang pertama dan paling serbaguna dari elemen-elemen visual. Garis dalam sebuah karya seni dapat digunakan dalam berbagai cara. Hal ini dapat digunakan untuk membuat bentuk, pola, struktur, pertumbuhan, kedalaman, jarak, irama, gerakan dan berbagai emosi dalam komposisi dalam seni rupa. Sebagai contoh garis vertikal menunjukkan kekuatan dan kepemimpinan. Garis horizontal dapat memberitahu Anda tentang jarak dan ketenangan. Garis diagonal biasanya berarti tindakan dan yang akan akan terjadi. c. Rebahan Sifat ini merupakan peristiwa yang lucu namun logis buat anak-anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat rabatemen. Benda apa saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan dilukis tegak lurus pada garis dasar tersebut meskipun garis dasar itu berbelok atau miring arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir d. Stereo type Komposisi Stereo type disebut juga komposisi ritmis adalah susunan elemen bentuk yang diulang-ulang, sebagai contoh gambar padi pada kotak sawah. e. X-Ray atau transparent X-Ray transparan, misalnya ditunjukkan dengan gambar bunga dan pohon yang seharusnya akar-akarnya berada di dalam tanah atau tidak terlihat, tetapi pada gambar ini tetap diperlihatkan 5. Tipe gambar anak a. Haptic Gambar anak yang memiliki tipe haptik menunjukkan kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi pribadi dalam merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam merupakan reaksi emosional melalui perabaan dan penghayatannya di luar pengamatan visual. Biasanya benda yang dianggap penting digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan benda yang kurang penting. Dalam gaya lukisan, gambar anak yang bertipe haptik dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme. Lukisan ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri pelukisnya inner states . Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masing-masing pelukisnya. b. Non-haptic Non-haptic disebut juga tipe visual yaitu gambar yang mudah diidentifikasi oleh orang lain dan bentuk disusun sesuai dengan cerita/hanya sekedar menyusun bentuk sederhana. Periodisasi Gambar Anak 1. Periode gambar anak berdasarkan usia a. Masa coreng menyoreng usia 1-4 tahun Pada awalnya, coretan hanya mengikuti perkembangan gerak motorik. Biasanya, tahap pertama hanya mampu menghasilkan goresan terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik anak yang masih mengunakan motorik kasar. Kemudian, pada perekembangan berikutnya penggambaran garis mulai beragam dengan arah yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu 1 Corengan Tak Beraturan, Ciri gambar yang dihasilkan anak pada tahap corengan tak beraturan adalah bentuk gembar yang sembarang, mencoreng tanpa melihat ke kertas, belum dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi. 2 Corengan Terkendali, dan Corengan terkendali ditandai dengan kemampuan anak menemukan kendali visualnya terhadap coretan yang dibuatnya. Hal ini tercipta dengan telah adanya kerjasama antara koordiani antara perkembangan visual dengan perkembamngan motorik. Hal ini terbukti dengan adanya pengulangan coretan garis baik yang horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran. 3 Corengan Bernama. Corengan bernama merupakan tahap akhir masa coreng moreng. Biasanya terjadi menjelang usia 3-4 tahun, sejalan dengan perkembangan bahasanya anak mulai mengontrol goresannya bahkan telah memberinya nama, misalnya ā€œrumahā€, ā€œmobilā€, ā€œkudaā€. Hal ini dapat digunakan oleh orang tua atau guru pada jenjang pendidikan usia dini TK dalam membangkitkan keberanianan anak untuk mengemukakan kata-kata tertentu atau pendapat tertentu berdasarkan hal yang digambarkannya. b. Masa prabagan preschematik usia 4-7 tahun Kecenderungan umum pada tahap ini, objek yang digambarkan anak biasanya berupa gambar kepala-berkaki. Sebuah lingkaran yang menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki. Ciri-ciri yang menarik lainnya pada tahap ini yaitu telah menggunakan bentuk-bentuk dasar geometris untuk memberi kesan objek dari dunia sekitarnya. Koordinasi tangan lebih berkembang. Aspek warna belum ada hubungan tertentu dengan objek, orang bisa saja berwarna biru, merah, coklat atau warna lain yang disenanginya. Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif, didasarkan kepada kepentingannya. Ini dinamakan dengan ā€œperspektif batinā€. Penempatan objek dan penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia ini. c. Masa bagan schematic usia 7-9 tahun Pada tahap ini konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar masih tetap berkesan datar dan berputar atau rebah tampak pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian kiri rebah ke kiri, bagian kanan rebah ke kanan. Pada perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak base line. Penafsiran ruang bersifat subjektif, tampak pada gambar ā€œtembus pandangā€ contoh digambarkan orang makan di ruangan, seakan-akan dinding terbuat dari kaca. Gejala ini disebut dengan idioplastis gambar terawang, tembus pandang. Misalnya gambar sebuah rumahyang seolah-olah terbuat dari kaca bening, hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas. d. Masa realisme awal drawing realism Pada periode Realisme Awal, karya anak lebih menyerupai kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan objek dalam lingkungan. Perhatian kepada objek sudah mulai rinci. Namun demikian, dalam menggambarkan objek, proporsi perbandingan ukuran belum dikuasai sepenuhnya. Pemahaman warna sudah mulai disadari. Penguasan konsep ruang mulai dikenalnya sehingga letak objek tidak lagi bertumpu pada garis dasar, melainkan pada bidang dasar sehingga mulai ditemukan garis horizon. Selain dikenalnya warna dan ruang, penguasaan unsur desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini. Ada perbedaan kesenangan umum, misalnya anak laki-laki lebih senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga. e. Masa realisme semu pseudo Realism usia 11-14 tahun Pada masa ini, gambar yang dibuat sesuai dengan obyek yang dilihatnya, sehingga timbul minat terhadap naturalisme, terutama pada anak yang bertipe visual. Anak menjadi kritis terhadap karyanya sendiri. Ia mulai memperhitungkan kualitas tiga dimensi perspektif. Mereka mampu menyerap apa yang mereka lihat, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti dari buku-buku komik, kalender, bahkan dari media visual lainnya televisi, majalah, Koran dan lain-lain. Oleh karenanya, alangkah lebih baiknya apabila sebagai orang tua kita mau mengambil langkah pertama, membuat suatu perubahan dalam membebaskan kreatifitas anak ā€œMembebaskanā€ anak menggambar sama dengan membebaskan anak dalam menuangkan imajinasi dan mengungkapkan dirinya melalui gambar. Melalui menggambar, secara tanpa disadari anak dapat belajar memecahkan persoalan yang dihadapi. Dengan menggambar anak dapat bermain dan berekspresi dengan sepuas-puasnya. Jadi, tugas guru dan orang tua sebaiknya tidak mengajarkan konsep pendidikan seperti di masa lalu, dimana anak dianggap sebagai mahluk yang lemah, serba tidak tahu. Tugas orang dewasa hanyalah mengembangkannya secara alami. BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan uraian permasalahan pada Bab II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1 Secara garis besar manfaat belajar seni rupa bagi anak sebagai berikut a Seni rupa sebagai bahasa visual, b Membantu pertumbuhan mental, dan c Membantu mengembangkan bidang yang lain 2 Karya seni rupa memiliki beberapa karakteristik dengan ciri umum lukisan anak meliputi gaya wiracerita, gaya dekoratif, gaya komik, gaya potret, serta karakteristik seni rupa memiliki tipa gambar haptic dan nn-haptic. 3 Seccara umum periodesasi gambar anak dapat dibedakan menjadi masa coreng menyoreng, masa prabagan, masa bagan, masa realisme awal, dan masa realisme semu. Saran Berkaitan dengan pembahasan permasalahan pada bab sebelumnya, maka disaran kepada 1 Mahasiswa sebagai calon guru dan guru-guru khususnya disekolah dasar agar dapat menggali dan lebih mengembangkan wawasan mengenai cara mengembangkan pembelajaran yang mampu meningkatkan peran aktif siswa melalui strategi pembelajaran Inquiry. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan semakin luas, dan proses penyaluran materi pembelajaran semakin efektif dan efisien. 2 Masyarakat, untuk dapat lebih mengembangkan pengetahuan dan wawasannya mengenai cara mengembangkan pembelajaran yang mampu meningkatkan peran aktif siswa, khususnya melalui strategi pembelajaran Inquiry. Agar nantinya dapat menyalurkan pengetahuannya di tengah-tengah kehidupan sosial. 3 Pembaca, untuk dapat memberikan koreksi bagi penulis guna penyempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Sipahelut, Atisah. 1995. Seni Rupa dan Desain. Jakarta Erlangga Sunaryo, Aryo. 2000. Nirmana, Buku paparan perkuliahan mahasiswa. Semarang UNNES Mulyasari, Pedagogik Praktis yang Press. Bandung. MunandarUtami. 2004. Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!! Aspek Penilaian Seni Rupa – Pada sebuah karya seni rupa yang diciptakan seorang seniman, salah satu tujuannya adalah supaya mendapatkan pengakuan dan penilaian positif dari masyarakat luas, hal ini akan berpengaruh terhadap beberapa hal, sebut saja seperti harga jual dari seni rupa terapan yang diciptakannya. Faktanya, setiap penikmat seni punya pandangan yang berbeda terhadap sebuah karya, meskipun tolok ukur apresiasi yang digunakan adalah sama. Namun yang jadi pertanyaan adalah, bagi orang-orang yang kurang faham seni, terkadang sering mengartikan secara sembarangan, karena ketidaktahuannya. Biasanya, aspek penilaian dalam seni rupa yang mereka gunakan tidak lengkap, bisa saja hanya berdasarkan cerita teman tanpa melihatnya secara langsung dan mengkaji lebih dalam, akhirnya muncul persepsi-persepsi menyimpang dalam hal menghargai sebuah karya seni. Aspek Penilaian Seni Rupa yang Harus Diperhatikan Untuk itu, pada kesempatan kali, ini Admin akan menjelaskan beberapa Tolok Ukur Penilaian dalam mengapresiasi karya seni terapan, untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memberi tanggapan. Baca juga Perkembangan Seni Rupa di Indonesia Artikel ini juga saya rekomendasikan untuk para Guru atau Dosen Kesenian, agar memahami kriteria penilaian karya seni yang sepantasnya dri peserta didik, dan juga untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penilaian seni rupa. Oke, Check this out!. 1. Aspek Ide dan Gagasan Yang pertama ini muncul dari bagaimana anda menilai ide dan gagasan dari seni tersebut. Sebenarnya, ada sebuah proses kreatif yang terjadi, yakni bagaimana seorang peseni mengimplementasikan imajinasinya menjadi sebuah kenyataan, yang pada akhirnya bisa dinikmati banyak orang. Kreativitas yang dihadirkan oleh mereka, dengan menanamkan kesan dari pandangan mata, serta adanya ilham dari dalam, akan menciptakan ekspresi baru dan menarik bagi siapapun yang menyaksikannya. 2. Aspek Penguasaan Teknis Aspek Penilaian Seni Rupa berikutnya yakni bagaimana anda memberi nilai terhadap seberapa besar seniman tersebut menguasai teknis dalam membuat karya. Teknik yang saya maksud ialah tentang kelihaian seseorang yang mampu mewujudkan ide menjadi sebuah kenyataan melalui karya. Yang pastinya adalah, keterampilan dan kepiawaian dalam penggunaan teknis sangat berdampak besar terhadap karya seni yang dihasilkan. Begitu juga sebaliknya, kesalahan pemilihan teknik akan berpengaruh buruk pada hasil akhirnya. 3. Aspek Penguasaan Bahan Selain teknis, ada juga penguasaan bahan. Dari sekian banyak bahan yang digunakan dalam pembuatan karya seni, masing-masing umumnya memiliki perbedaan dan karakteristik tersendiri. Ini tugas penting bagi para seniman untuk bisa memahaminya lebih dalam. Sama seperti poin ke-2, hasil yang didapat akan lebih maksimal dengan memahami aspek ini. Itulah mengapa kemampuan menguasai berbagai bahan inti dalam pembuatannya, harus benar-benar dimengerti karena sifatnya sangat penting. 4. Aspek Kegunaan Berikutnya yakni aspek tentang kegunan. Tujuan utama dari sebuah penciptaan karya seni tentulah kegunaannya, tidak peduli baik itu untuk memanjakan mata, memuaskan hati dan pikiran maupun kesan penting bagi orang lain berdasarkan sebuah karya seni. Beberapa tolok ukur dalam penilaian seni rupa adalah keamanan, kenyamanan dan fleksibilitas dalam penggunaannya. Terlepas dari 3 poin ini, fungsi utama dari sebuah seni adalah bagaimana orang lain bisa memandang bahwa karya yang dilihat / dirasakan, bisa memberi manfaat dan pengaruh. 5. Aspek Wujud Disebut juga sebagai aspek komposisi, dimana yang tergabung dalam komposisi tersebut ajtara lain proporsi, keseimbangan balance, irama ritme, kontras, klimaks, kesatuan unity. Selain komposisi, aspek wujud juga sangat berpengaruh terhadap penilaian orang banyak, harga jual, proses pembuatan hingga kekreativitasan yang dituntut pastinya tinggi. 6. Aspek Corak Berikutnya adalah aspek corak atau gaya. Secara tidak langsung, karakteristik watak dan kepribadian seorang seniman sangat mempengaruhi hasil karyanya. Seniman yang berwatak keras biasanya akan menghasilkan karya seni rupa dengan kesan keras, begitu juga sebaliknya. Baca juga Pengertian Seni Rupa Murni Karya seni lahir dari cita, visi, dan interpretasi individual seorang seniman. Oleh sebab itu, Gaya atau corak seorang ssniman dalam menciptakan karya seni, sangat perlu juga untuk dipertimbangkan dalam penilaian apresiasi dari para penikmat. 7. Aspek Kreativitas Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menggali kekreativitasan dalam menciptakan karya seni, salah satunya adalah dengan mengkombinasikan unsur umum dengan unsur baru, yang tentunya masih sejalan dan bisa menciptakan keunikan tersendiri. Cara lainnya adalah dengan penggunaan ide, teknik, bahan dan gagasan yang berbeda atau benar-benar baru. Sebagai penikmat seni, anda akan menemukan tingkat kekreativitasan yang beragam dari para seniman. 8. Aspek Tempat Aspek tempat juga merupakan penilaian penting bagi sebuah karya seni. Setiap karya seni terapan yang dihasilkan, memiliki posisi dan penempatan yang pas sesuai dengan kodrat penciptaannya. Misalnya lukisan yang relevan dengan dinding dan ruangan umum. 9. Aspek Selera Sebagai seorang seniman yang berpengalaman, pastinya akan lebih dahulu membaca serta memahami pangsa pasar yang dituju, dia harus mempertimbangkan jenis seni yang akan dibuat dengan potensi penghasilan yang bisa diraih. 10. Aspek Agama Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa aspek agama sangat erat kaitannya dengan karya seni terapan. Bagaimana tidak, jika hal ini tidak diperhatikan, maka implementasi terhadap hasil karya tidak akan relevan. Sebagai contoh, Masyarakat Bali akan lebih dekat dengan berbagai karya yang berkaitan dengan Hindu, begitu pula bagi umat Islam, yang pasti lebih memilih jenis-jenis karya beraliran Islami. Simak juga Unsur Unsur Seni Rupa Pengaruh Penilaian Seni Rupa dalam Kehidupan Sehari-hari Tidak terelakkan lagi, seni merupakan hal pokok penting dalam kehidupan manusia, hampir dari keseluruhan kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh jenis seni yang beraneka ragam. Selain itu, karya seni juga telah ada sejak zaman pertama kali manusia di bumi. Ditambah lagi oleh kemajuan zaman yang terus mengalami perkembangan, sehingga dunia seni juga ikut merasakan modernisasi, baik dari bentuk hasil karya, maupun kemampuan para senimannya. Selain itu bagi para seniman, tingginya harga estetis dari sebuah karya, maka akan menghasilkan nilai / harga yang tinggi pula, inilah salah satu alasan mengapa banyak orang yang menggeluti kancah kesenian, selain sebagai hobi. Contoh Pentingnya Seni Rupa dalam Kehidupan Sebagai contoh adalah para designer fashion, yang terus berlomba dalam menciptakan inovasi-inovasi baru dan brilian, demi memberikan kepuasan kepada para pengguna dan merebut hati para pembeli. Contoh lain adalah para arsitektur. Dalam waktu yang singkat, kita bisa menyaksikan dekorasi rumah yang kian mengalami perubahan peningkatan dari yang sebelumnya, sehingga model dekorasi terus ditingkatkan ke arah yang lebih menarik. Baca juga Peralatan Melukis Seperti kata pepatah, hidup akan lebih indah dan berwarna jika disandingkan dengan seni, karena seni mampu memberikan kesan maupun kepuasan secara lahir dan batin, baik dari seniman maupun menikmatnya. Penutup Demikianlah, ulasan kali ini mengenai 10 Aspek Penilaian Seni Rupa Terapan dan pengaruh seni dalam kehidupan manusia. Semoga ulasan ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan anda. Terima kasih. Referensi Adaptasi ekspresionisme di Indonesia dimulai dari seniman-seniman terkemuka tahun 1940 hingga 1960an, bersamaan dengan munculnya gaya Realisme di Seni Lukis Indonesia. Sanento Yuliman sendiri berpendapat bahwa pada masa ini terdapat dua kutub yang berdiri terpisah dalam proses pengkaryaan, mereka yang melukis dengan sumber objektif sekitar dunia dunia tempat mereka tinggal, dunia sosial, dan dunia yang nampak, mengedepankan indera dan kesan atau tanggapan dari keberadaan lingkungan yang sudah ada. Kedua, adalah kutub yang mencari visualisasi subjektif atau "dunia dalam" pelukis, watak mereka, tempramen, emosi, imajinasi dan seluruh proeses kejiwaan yang diolah dan dengan demikian mengubah kesan dan tanggapan mereka.

kesan dan watak karya seni rupa dipengaruhi oleh